“Semoga Allah membalas kebaikan semuanya. Insya Allah, sekecil apapun, kebaikan yang kita lakukan akan selalu kembali kepada kita semua.”
Kalimat itu meluncur dari bibir pria yang akrab disapa Pak Roger. Pria yang sehari-hari bekerja sebagai pedagang asongan di Kampus Institute Pertanian (IPB) Bogor itu benar-benar tak menyangka impiannya untuk melaksanakan ibadah umrah ke tanah suci Mekkah dan Madinah akhirnya terwujud. Sejumlah alumni IPB yang mengenalnya menggalang donasi online lewat situs Kitabisa.com. Hanya dalam dua hari, uang yang terkumpul melebihi kebutuhan.
Pagi tadi, 29 Februari 2016, Pak Roger yang bernama asli Cecep Hidayatullah muncul di Metro TV. Ia terlihat benar-benar terharu akan berangkat umrah, impian yang telah lama dipendamnya.
Penggalangan dana untuk Pak Roger umrah bermula dari suatu ketika ia mengungkapkan cita-citanya itu kepada seorang seorang civitas akademika IPB. Awalnya, Pak Roger pesimis bisa umrah. Hinga kemudian tercetuslah ide menggalang dana lewat Kitabisa.com
Diakses Senin, 29 Februari 2016, Kitabisa.com telah berhasil mengumpulkan dana lebih dari Rp9,5 miliar untuk mendanai 884 individu atau kegiatan. Sementara untuk Pak Roger, dari target Rp40 juta, hingga siang ini telah terkumpul dana Rp105,5 juta. Uang sebanyak ini disumbangkan oleh 916 donatur. Penggalangan dana online itu diinisiasi oleh Alumni BEM Fakultas EKonomi dan Manajemen Institute Pertanian Bogor (IPB).
Alumni IPB mengenangnya sebagai orang baik. Pak Roger biasa terlihat berkeliling kampus sembari menawarkan pulsa telepon kepada mahasiswa yang ditemuinya. “Eh, pulsa dong,” kata Pak Roger seperti dikutip dari Kitabisa.com. Tak jarang, ia menyelipkan nasehat bijak kepada mahasiswa yang ditemuinya saat berjalan dari kelas ke kelas di kampus IPB.
Pak Roger telah menjalani hidup sebagai pedagang asongand di kampus Dramaga IPB sejak 2003. Sebelumnya, selama 8 tahun ia bekerja sebagai cleaning service di usaha rental mobil.
Awalnya, Pak Roger hanya menjual rokok sambil berkeliling ke pangkalan ojek di kawasan Dramaga. Nama Roger sendiri bermula dari usahanya menjual rokok. Lantaran tak pantas menjual rokok di kawasan kampus, ia mengganti kata ‘rokok’ dengan sebutan ‘rojer’. Jadilah ketika menawarkan rokoknya kepada orang-orang, ia berteriak,”rojer…rojer…”
Pada 2008, ia tak lagi menjual rokok. Atas saran seorang guru ngaji, ia menggantinya dengan berdagang pulsa, permen, hingga pulpen.
“Dulu, waktu saya jualan rokok di kampus, hati saya seperti tertancap paku besi. Tahun 2008, saya berhenti jualan rokok dan hati saya terasa lepas dari paku besi itu,” kata Pak Roger saat tampil di Metro TV.
Ayah dari dua anak ini selalu menyapa akrab para mahasiswa, dosen, karyawan kantin, dan bahkan hafal banyak nama mahasiswa. Selain untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, Roger memilih berdagang asongan karena ingin bertemu dengan banyak orang dan berbagi ilmu agama yang ia ketahui.
Lewat berdagang pulsa lah Roger bisa bertemu banyak orang dan menyampaikan pengetahuan agama yang ia ketahui. “Semakin banyak orang yang ditemui, maka inshaa Allah semakin banyak yang dihitung jadi amal sama Allah”, jelasnya. Beliau bercerita bahwa, cita-cita hidupnya adalah ingin berangkat umrah dan tujuan hidupnya hanya ingin menjadi orang yang bermanfaat.
Berkat kebaikannya, kini Pak Roger memanen hasil yang telah ditanamnya sejak belasan tahun silam. Jika tak ada aral melintang, ia akan berangkat pada April mendatang.
Selamat umrah ya, Pak![] Sumber: Kitabisa.com/Metro TV
Comments
comments
Leave a comment