tuareg0
  • Page Views 188

Sahara, Seksi, dan Eksotik

tuareg13HIDUP nomaden selama berabad-abad, suku Tuareg telah melintasi gurun Sahara. Mereka membawa garam, kunyit selatan, dan budak. juga emas dari utara.

Saat memilih jalur yang aman di gurun pasir yang terus berubah, kadang-kadang mereka lebih mengandalkan indera penciuman dan insting daripada mata.

Para pria suku Tuareg sering disebut  “blue men of the Sahara’,  ini disebabkan warna khas syal indigo yang memancar ke wajah mereka hingga menyembulkan aura misterius. Tuareg laksana sebuah cerita klasik, terlupakan, dan romantis.

Pada suku Tuareg yang memiliki cara hidup yang “konu”, sebetulnya tersembunyi budaya yang progresif, bahkan akan membingungkan beberapa orang yang berbudaya barat yang liberal.

Lihat saja, para wanita Tuareg memiliki kebebasan yang luar biasa dalam bercinta. Mereka diperbolehkan memiliki beberapa mitra seksual di luar pernikahan, menyimpan semua properti mereka tentang perceraian, dan begitu dihormati.

 

KENDATI mereka adalah pemeluk  agama Islam, namun tetap tak melepaskan beberapa kebiasaan yang tidak akan diterima oleh dunia Muslim pada umumnya.

Misalnya, yang menutup wajah itu justru lelaki bukan perempuan. Tentu saja, yang bertentangan dengan Islam itu dalam soal kebebasan bermitra seksual pra nikah yang mereka lakukan.

Menyangkut soal perempuan yang tak menutup wajah, , fotografer Henrietta Butler, yang telah terpesona pada suku Tuareg sejak ia pertama kali mengikuti mereka melalui padang gurun pada 2001, pernah menanyakan soal itu.

Penjelasannya sederhana saja. “Para wanita cantik. Kami ingin melihat wajah mereka. ”

SEBELUM menikah, perempuan bebas bercinta sebanyak yang mereka inginkan. “Mereka menutup mata,” kata Butler. “Gadis-gadis muda memiliki kebebasan yang sama seperti anak laki-laki. ”

Selama bertahun-tahun, orang-orang Tuareg bebas masuk ke tenda seorang wanita muda, dan menyelinap ke pintu samping – sementara untanya sudah terlatih berdiri diam-diam dan menunggu tuannya.

Di dalam tenda, sepasang sejoli itu akan menghabiskan malam bersama-sama – sementara keluarga, yang semuanya tinggal di tenda, berlaku sopan dan berpura-pura tidak melihat.

Di hari berikutnya, wanita juga bebas-bebas saja menyambut dan memilih pria yang berbeda untuk masuk ke dalam tendanya. Begitulah.

Jika melanggar aturan dalam berpacaran, maka akan menuai masalah yang memalukan; hasilnyua, si pria yang harus angkat kaki sebelum matahari terbit.

‘The Tuareg benar-benar bijaksana. Semuanya dilakukan dengan sangat rapi dan hormat,” kata Butler.

Kebiasaan santai di sekitar pasangan seksual telah mengakibatkan anak perempuan menikah lebih lambat. Bagi mereka sungguh tak biasa menikah di usia 20 tahun.

Meskipun, sebelum itu, mereka telah dirayu dengan puisi yang ditulis para pria yang menghabiskan waktu berjam-jam, menyusun kata-kata dengan hati-hati, dengan harapan akan memenangkan cintanya.

Tapi itu bukan jalan satu arah: perempuan itu juga mampu menorehkan penanya di atas kertas, menggunakan alfabet sendiri, dan mereka telah diajarkan oleh ibunya.

“Para wanita juga membuat puisi memuliakan orang-orang,” kata Butler. “Ada asmara tinggi dan penyembahan berhala.”

Perempuan Tuareg juga tak seperti di kebanyakan kebudayaan lain yang akan kehilangan kekuatannya setelah mereka menikah.

SETIAP pengunjung yang pergi ke kamp dan menemukan perempuan yang cuma bertugas membuat makanan dan menjaga anak, maka ia pasti akan meremehkannya.

Bahkan, perempuan Tuareg sudah jamak memiliki rumah dan hewan. Dan hewan adalah sumber tak ternilai bagi Tuareg di tengah Sahara .

Wartawan Peter Gwin teringat sebuah nomad bangkotan yang mengatakan kepadanya: “Binatang adalah segalanya untuk Tuareg. Kami minum susu mereka, makan daging mereka, menggunakan kulit mereka, memperdagangkan mereka. Ketika hewan mati, Tuareg meninggal.”

Adalah hal yang biasa jika melihat banyak pernikahan yang berakhir dengan perceraian di tengah-tengah suku Tuareg. Dan ketika itu terjadi, itu adalah istri yang menempati tenda dan memiliki hewan. Biasanya, dialah yang memutuskan seberapa banyak yang ia mau.

Mungkin akan muncul perdebatan tentang siapa mendapa apa. Perjanjian pra perkawinan adalah norma.

Dalam prakteknya, perceraian itu memiliki makna bahwa seorang pria dipaksa pulang ke rumah ibunya, mungkin ia hanya membawa seekor unta saja.

Sementara istrinya akan memperoleh semua kepemilikian harta perkawinan, termasuk anak-anak.

Kamp ibu, Butler menjelaskan, adalah akar dari masyarakat, semua orang kembali ke rumah – dan memang telah diatur agar terus seperti itu.

Perceraian bukan sebuah perkara yang memalukan bagi suku Tuareg. Bahkan, dibuatkan pesta perceraian untuk anak perempuan mereka, ini sebagai pengumuman bahwa mereka bersedia kawin lagi.

Kendati demikian, bukan berarti kehidupan di dalam suku Tuareg itu berazaskan matriakal, yang bermakna perempuanlah pemegang tanggungjawab.

Namun, masyarakat Tuareg adalah matri-lineal, yang berarti melacak jalur kekerabatan melalui wanita, hingga ke ratu pertama mereka.

Jadi, Butler menjelaskan: “Secara tradisional, orang itu akan menjadi milik kelompok wanita, bukan sebaliknya.”

Preferensi untuk garis perempuan adalah sejauh manusia meninggalkan harta miliknya untuk anak saudaranya. Pada alur garis kekerabatan seperti ini, maka link keluarga dianggap lebih kuat daripada anak sendiri.

Dengan kata lain, dapat dijamin bahwa anak kakakmu milik adik Anda, dari anak laki-laki, yang tidak dapat benar-benar dijamin untuk berbagi gen-nya.

Selain itu, ada lagi tradisi yang lebih tidak biasa, yaitu  bagi seorang pria akan dianggap sangat kasar jika makan di depan seorang wanita yang tak memiliki hubungan seksual dengannya, atau dari orangtuanya.

 

NAMUN semua kisah itu kini sedang terancam. Beberapa tahun terakhir, Tuareg – yang berselisih, terlibat pertempuran, kemerdekaan selama puluhan tahun – telah bersekutu dengan kelompok-kelompok ekstremis Islam.

Setelah kemitraan mereka hancur, Tuareg yang tinggal di selatan-barat Libya sekarang menghadapi ancaman baru – yang dari ISIS – sementara mereka yang tinggal di Mali, Niger dan Nigeria Utara harus berhadapan dengan Boko Haram.

Itulah sebabnya, telah terjadi pergeseran budaya umum. Butler kini melihat perempuan Tuareg telah mengambil jilbab. Ia belum bisa memastikan apakah wanita memakainya untuk pernyataan fashion, bukan untuk alasan agama?

“Itu membuat saya sangat sedih – Anda dapat melihat regresi,” kata Butler.

Butler tak sendiri. Kekhawatiran serupa juga dialami Andy Morgan, Tuareg rocker Tinariwen, yang mencatat pada 2013 beberapa Tuareg telah meninggalkan budayanya. Mereka berada dalam budaya yang tidak relevan dalam dunia modern.

Ia melanjutkan: “Mereka akan lebih memilih orang-orang mereka untuk mengadopsi bahasa Arab, bahasa Al-Quran dan komunitas Muslim yang lebih luas … Mereka anggap aspek lain dari budaya Tuareg, seperti musik dan tari, menjadi durhaka. Mereka keberatan dengan kebebasan relatif dan kekuatan sosial yang cuma menikmati perempuan Tuareg. ‘

Kemungkinan, suku  Tuareg bangga dengan semuanya. Mereka telah bertahan selama lebih dari 1.000 tahun, akan berpegang teguh pada tradisi yang membuat mereka sangat berbeda dari yang lain.

Mereka percaya budaya mereka lebih baik. “Mereka berfikir sebagai ras yang unggil dibanding dengan yang lain,” kata Butler. “Mereka sangat bangga. Mereka tentu menganggap diri mereka lebih unggul kita.

“Mungkin mereka menganggap budaya lain sedikit bodoh dan, saya berani mengatakan itu, primitif.”

sumber: dailymail.co.uk

Untuk informasi lebih lanjut atau untuk memesan salinan buku baru Henrietta Butler – diterbitkan oleh Unicorn Tekan Mei 2015 – silahkan hubungi penerbit Hugh Tempest Radford di [email protected] atau kunjungi pameran dan buku situs Tuareg Time.

Comments

comments

Share This Article

  • Facebook
  • Google+
  • Twitter

Seteru Dua Mazhab di Masjid Baiturrahman Aceh

Next Story »

Begini Cara “Vintage Guru” Berpenampilan

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

ads

Warnet

hub kami

Nature

  • Foto: Tempo.co

    Peneliti : Terumbu Karang Sumatera Memutih

    7 days ago

    Koloni terumbu karang genus Acropora di perairan Pulau Sironjong Gadang, pesisir selatan Sumatera Barat, berwarna pucat. Sebagian besar terumbu karang bercabang banyak itu bahkan tampak putih sempurna. ...

    Read More
  • mangkuk-daun

    Bahan Ini Bisa Jadi Pengganti Styrofoam di Masa Depan

    2 weeks ago

    Styrofoam menjadi salah satu bahan yang sering digunakan sebagai pembungkus makanan. Penggunaannya dinilai praktis dan efisien sehingga banyak diminati. Namun, peningkatan penggunaan wadah berbahan styrofoam yang tak ...

    Read More
  • harimau-kamboja-punah

    Harimau Ini Akhirnya Dinyatakan Punah

    3 weeks ago

    Para aktivis konservasi Kamboja, Rabu (6/4/2016), untuk pertama kalinya menyatakan harimau di negeri itu telah punah. Hutan belantara Kamboja pernah menjadi rumah bagi harimau indochina, organisasi konservasi WWF ...

    Read More
  • Ilustrasi mobil nyetir sendiri | (Shutterstock).

    Mobil ‘Nyetir’ Sendiri Lebih Ramah Lingkungan

    3 weeks ago

    Zia Wadud terakhir belajar mengemudi tiga tahu yang lalu, Ia gagal di tes mengemudi pertamanya. Suatu saat ia berpikir, betapa mudahnya jika ia dapat mengendarai mobil setir ...

    Read More