PANGLIMA Kodam Iskandar Muda (Pangdam IM), Mayjen TNI Agus Kriswanto punya kenangan tersendiri selama menjabat sebagai orang nomor satu di jajaran Kodam Iskandar Muda tersebut.
Mengenakan setelan kaos hitam dan rompi jeans, lulusan Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri) tahun 1984 ini terlihat gagah dan macho saat menghadiri temu ramah dan silaturrahmi dengan seluruh komunitas di Aceh.
Pertemuan yang dipusatkan di lapangan Blang Padang, Sabtu, 13 Februari 2016 ini sekaligus acara perpisahan dengannya. Informasi yang diperoleh mediaaceh, pria kelahiran Perkalongan, Jawa Tengah, 10 Juli 1960 akan segera mengakhiri jabatannya sebagai Pangdam Iskandar Muda.
Mayjen TNI Agus Kriswanto akan digantikan oleh Mayjen TNI L.Rudy Polandy yang baru saja mengakhiri jabatannya sebagai Kepala Staf Komando Daerah Militer Iskandar Muda (Kasdam IM).
Lantas, bagaimana kesan dan pesan tersendiri terhadap Aceh di mata suami dari Antari Pendowowati selama bertugas, mulai dari Juli 2014 hingga Februari 2016? Simak wawancara lengkap wartawan Mediaaceh.co Teuku Zikra, dengan Mayjen TNI Agus Kriswanto di lapangan Blang Padang, Sabtu, 13 Februari 2016.
Selama bertugas di Aceh, bagaimana pandangan Anda terhadap perubahan Aceh?
Banyak sekali, mulai dari perubahan ekonomi, stabilitas keamanan dan lain sebagainya. Sebab di mata saya ini, Aceh sudah menjadi rumah kedua bagi saya.
Peradaban dan literatur masyarakat yang masih mengedepankan tali silaturrahim itu sangat kental sekali. Selain alamnya yang indah, nilai spiritual dan kekompakan masyarakat Aceh itu sangat sempurna sekali.
Sebab dengan dikedepankan tali silaturrahim Insya Allah stabilitas keamanan di Aceh juga terjamin sehingga semakin membuka ruang kesejahteraan bagi masyarakat Aceh.
Bisa Anda jelaskan bagaimana pola pendekatan yang Anda lakukan selama bertugas di Aceh?
Saya rasa untuk berinteraksi dengan masyarakat Aceh itu gampang-gampang susah pertama. Itu versi saya, sebab pendekatan dengan masyarakat Aceh itu yang perlu diprioritaskan adalah menjaga tali silaturrahim seperti yang saya katakan tadi.
Begitu juga dengan khazanah budaya maupun nilai-nilai spiritual masyarakat Aceh yang begitu kental dan menyatu sehingga tradisi inilah yang perlu dipertahankan oleh Aceh yang berjulukan Bumi Serambi Mekkah ini.
Apalagi seiring perkembangan dunia moderen serba canggih ini degrasi moral menjadi permasalahan utama yang membawa bangsa kita ini menuju jurang kehancuran.
Selama masa pendekatan tersebut, adakah kesan baik yang manis maupun pahit sekalipun?
Kalau dibilang kesan yang manis, ya manis asem asin gitu, begitu juga kalau dibilang pahit gak sepahit empedu juga. Seperti yang saya katakan tadi, masyarakat Aceh itu sangat berbuka sekali. Sebab memuliakan tamu sebagai raja itu sebagai sebuah kehormatan sekali bagi rakyat Aceh.
Apalagi semboyan Krue Seumangat yang dipajang di Bandara Sultan Iskandar Muda dan semboyan “Peumulia Jamee Adat Geutanyoe”. Semboyan itu menjadi sakral sekali bagi masyarakat Aceh, apalagi saya dengar dulu dalam satu bulan saja tidak ada satupun tamu yang berkunjung ke salah satu rumah orang Aceh, dia merasa malu sekali sebab memuliakan tamu itu sudah menjadi prioritas rakyat Aceh seperti yang diajarkan dalam agama Islam.
Jadi selama saya bertugas dari tahun 2014 hingga 2016 ini saya sudah banyak berkeliling ke seluruh Aceh untuk memantau keadaan masyarakat disana. Kadang-kadang saya lakukan sidak sendiri tanpa sepengetahuan Babinsa-Babinsa saya di setiap daerah.
Itu saya lakukan agar saya bisa melihat langsung bagaimana interaksi anak buah saya dengan rakyat yang sebenarnya sebab bersama rakyatlah TNI kuat.
Bisa Anda jelaskan lagi mengapa selama bertugas, Anda sudah tidak pernah lagi menggunakan Fordrider? Padahal Anda adalah orang nomor satu di Jajaran Kodam IM ini?
Saya lakukan itu agar interaksi saya dengan masyarakat terus dijaga. Sebab saya punya pengalaman ketika ditegur oleh seorang kakek ketika melakukan sidak di Pasar Aceh, kata kakek itu susah sekali berjumpa dengan seorang panglima sebab ketika kita lewat di jalan saya ada saja hambatannya.
Ketika di jalan raya dihadang oleh Fordrider, ketika dekat juga dihalang oleh pengawalnya. Maka, mulai dari sejak itulah saya berkomitmen untuk tidak menggunakan Fordrider lagi ketika bertugas agar siapa saya yang ingin berinteraksi saya jadi mudah.
Adakah pesan bagi seluruh warga Aceh, khususnya dalam menjaga stabilitas keamanan dan berbagai hal lainnya?
Pesan saya hanya satu, jaga dan rawatlah perdamaian yang sangat berharga ini. Perdamaian ini akan terus terjaga dengan baik jika kekompakan dan tali silaturrahim itu terus diprioritaskan.
Bagi saya Aceh ini menjadi rumah kedua bagi saya sebab disini banyak sekali saudara-saudara saya, rekan-rekan saya, orang tua bahkan guru saya disini.
Meski cuma dua tahun bertugas, banyak sekali pengalaman berharga yang saya belajar dari Aceh. Rasanya saya ingin tetap berada di Aceh dan tak bisa melupakan Aceh, insya Allah meskipun saya mengemban tugas di Jakarta nanti, sekali-kali saya juga menyempatkan diri mengunjungi Aceh.
Untuk itulah saya memohon doa restu kepada seluruh masyarakat Aceh agar dapat mengemban tugas ini dengan baik dan amanah. Jika ada kesalahan baik itu secara sengaja ataupun tidak silahkan sampaikan kepada saya karena inilah saatnya saudara saya, warga Aceh untuk menyampaikannya. Begitu juga jika ada anak buah saya yang nakal silahkan laporkan kepada saya. | sumber: mediaaceh.co
Comments
comments
Leave a comment