Mendengar telepon genggam berbunyi atau bergetar, lalu secara reflek kita langsung melihat seluler milik kita, setelah itu baru sadar ternyata tidak ada telepon yang masuk. Itulah yang disebut ringxiety.
Hingga saat ini, hanya sebagian kecil yang mengatahui apa penyebab dari phantom notification (yang juga disebut dengan ‘ringxiety’), namun hasil dari sebuah penelitian baru membuktikan bahwa hal tersebut kemungkinan terkait dengan hubungan sesuatu perasaan yang tidak aman.
Penelitian yang dilakukan oleh University of Michigan dan dipublikasikan dalam sebuah jurnal Cyberpsychology, Behavior, and Social Networking, menemukan bahwa orang yang mencari kepastian terlihat akan sering mengalami phantom phone, vibration and notification.
Untuk menentukan apakah ringxiety memiliki kaitan dengan psikologis seseorang, sebuah survey online dilakukan kepada 168 mahasiswa yang seluruhnya menggunakan ponsel secara rutin.
Survei dilakukan dengan memulai tes kepribadian singkat, termauk salah satu lampiran kegelisahan (anxiety) kekhawatiran terhadap perasaan untuk saling bersama,atau merasa diabaikan) dan lampiran avoidance (memiliki hubungan jarak jauh).
Para mahasiswa kemudian ditanyakan apakah mereka mengalami phantom ringing, phantom vibrations dan atau phantom notification, jika ya, seberapa sering mereka mengalami hal tersebut.
Para responden kemudian disajilan dengan daftar scenario dan ditanyakan kira-kira apa yang paling sering mereka alami, “apakah mereka mengharapakan sebuah pesan/panggilan,” atau “tidak bisa menanggapi panggilan (karena berada di dalam kelas atau sedang mengemudi,dll),” atau “mereka khawatir dengan sesuatu yang kemungkinan akan mereka dapatkan dari pesan/panggilan tersebut.”
Secara khusus, para partisipan dari penelitian ini paling sering mengalami ringxiety dalam lampiran anxiety dan mereka mengharapkan sebuah panggilan atau ketika mereka sedang mengkhawatirkan sesuatu mereka mengharapkan sebuah panggilan yang ada hubungannya dengan sesuatu yang ada dengan kekhawatiran mereka itu.
Para responden yang memiliki nilai tinggi dalam lampiran avoidance, bagaimanapun mereka lebih jarang mengalami ringxiety ketika menunggu-nunggu sebuah panggilan.
Delapan puluh dua persen dari partisipan mengatakan bahwa mereka mengalami ringxiety, lima puluh persen dari mereka mengalami phantom notification, dan 45 persen dari mereka mengalami phantom ringing.
Jumlah persentase yang tinggi pada mereka yang mengalamin ringxiety dapat menyebabkan gangguan kesehatan. “Jumlah peningkatan dari mergalami ringxiety kemungkinan akan mengalami gangguan kesehatan seperti sakit kepala, stress dan gangguan sulit tidur,” kata Brenda K. Wiederhold, seorang editor-in-chief dari Interactive Media Institute dalam sebuah pernyataan. | sumber: nationalgeographic.co.id
Comments
comments
Leave a comment