Namanya Andri Abdurochman. Ia adalah dosen di Departemen Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Padjajaran, Bandung. Gelar doktor tersemat dibelakang namanya.
Sejak 2007 lalu, Andri mulai meneliti bagaimana suara bacaan Alquran mampu menurunkan stress. Ia lantas membandingkannya dengan musik klasik dan musik lain yang sering digunakan sebagai terapi relaksasi.
“Penelitian menunjukkan, suara bacaan Alquran memiliki tingkat relaksasi paling baik dibanding musik klasik atau musik relaksasi lainnya,” tutur Andri, sebagaimana dikutip Dream.co.id dari laman unpad.ac.id, Maret 2016.
Tiga tahun berselang, pada 2010, percobaan dilakukan terhadap sejumlah anak SD, SMP, hingga SMA. Mereka adalah murid-murid dari sebuah yayasan di Desa Ciluncat, Kecamatan Cangkuang.
Awalnya, anak-anak itu diperdengarkan musik yang bisa meningkatkan stres. Lalu, gelombang otak mereka direkam untuk mengetahui frekewensi gelombang otak yang muncul setelah mendengar musik pemicu stres itu.
Kemudian anak-anak itu diberikan terapi mendengarkan bacaan Alquran selama tiga bulan, kemudian diperdengarkan kembali musik yang bisa meningkatkan stres.
Hasilnya menunjukkan, daya tahan anak terhadap stres pada kesempatan ke dua jauh lebih kuat daripada pada saat pemberian musik yang pertama jika dilihat dari rekaman gelombang otaknya.
“Anak yang sudah didengarkan suara bacaan (terapi) Alquran akan jauh lebih tenang dan lebih tahan terhadap stres,” tutur dia.
Adapun bacaan Alquran yang didengarkannya merupakan kumpulan ayat-ayat yang memiliki satu kata yang sama. Andri mencari kata di dalam Alquran lalu mengumpulkan bacaan (murattal) ayat-ayat tersebut.
Lulusan program Doktor di Université de Strasbourg, Prancis, ini mengungkapkan, efek ini muncul karena relaksivitas yang dihasilkan akibat mendengar bacaan tersebut. Ini disebabkan setiap sel dalam otak manusia punya frekuensi alamiah masing-masing.
Pada saat otak diberikan stimulus berupa suara, jika spektrum frekuensi suaranya itu adalah berbanding lurus dengan frekuensi natural sel, maka si sel akan beresonansi.
“Ketika resonansi itu, si sel kemudian bisa aktif atau memberikan sinyal ke kelenjar dalam tubuh untuk mengeluarkan hormon, karena si kelenjar kesehatan itu akan aktif hanya pada kondisi tertentu, misalnya tidur,” jelas Andri.
Pada saat mendengar bacaan Alquran, otak mengalami relaksasi yang baik sehingga seolah-seolah sedang berada dalam keadaan tidur. Pada kondisi tersebut, sel kemudian memberikan sinyal ke kelenjar dalam tubuh untuk mengeluarkan hormon. Kondisi inilah yang dialami oleh seseorang ketika melakukan terapi tersebut.
Andri menambahkan, sesuatu yang dilakukan atau didengarkan berulang-ulang juga akan memiliki efek hipnosis. Berdasarkan kemampuan peningkatan daya tahan naracoba karena bacaan Alquran, ia juga dalam penelitian pada bidang komunikasi kedokteran gigi.
Pada penelitian tersebut, Andri berperan dalam pengolahan data frekuensi dan spektrum suara pada saat kata-kata hipnosis tersebut disampaikan kepada naracoba, serta respon otak (rekaman elecro-encephalogram) terhadap hipnosis.[] Sumber: dream.co.id
Comments
comments
Leave a comment