Paviliun Wonderful Indonesia di International Tourismus Borse (ITB) Berlin 2016 kebanjiran pengunjung ketika koreografer Eko Pece menampilkan empat tari kreasinya.
Pece, dengan Kelompok Solo Dance Studio, menampilkan Tari Gondang Batak, Tapak Sayap Bajapin, Legong Kipas, dan Tregel Benyumasan, dan menampilkannya di atas panggung.
Gondang Batak, dengan kombinasi lengkingan flute, ditabuh dengan beat cepat. Lima penari; Putri Pramesti, Wirastuti, Astri Kusuma, Danang Cahyo dan Hafid Ponx, menarik dengan gerakan khas Jawa.
Ratusan orang Indonesia yang menyaksikan tersenyum. Pengunjung dari berbagai negara memaksakan diri berlama-lama di paviliun Indonesia, dan mengabadikan pertunjukan dengan kamera ponsel.
Latar pengalaman Eko Pece sebagai penari latar Madonna terlihat di sini. Ia mengubah karakter tari Jawa yang gemulai menjadi dinamis, dan Gondang Batak keluar dari beat tradisionalnya.
“Durasi tarian ini sebenarna sembilan sampai sepuluh menit, tapi di sini dipersingkat menjadi lima menit,” kata Danang Cahyo, salah satu penari.
Berbeda dengan Tari Gondang Batak, Tari Tapak Barjapin kental dengan unsur Melayu, dengan semua musiknya. Ini bukan kreasi baru, karena pernah tampil di Festival Tari Tradisi Melayu 2009.
“Yang benar-benar baru adalah Tari Legong Kipas,” kata Hafid Ponx. “Tarian ini terinspirasi Tari Legong dan Tari Baris dari Bali.”
Terakhir, Tari Tregel Banyumasan. Astri Kusuma, istri Eko Pece, mengatakan tarian ini paling komunikatif. “Kami memainkan tarian ini pada kahir ITB Berlin,” katanya. []
Comments
comments
Leave a comment