Gempa berkekuatan 7,8 Mw yang mengguncang Mentawai pada 2 Maret 2016 dampaknya terasa hingga ke sejumlah negara tetangga. Apa sebenarnya penyebabnya? Bagaimana seharusnya masyarakat bersikap jika gempa serupa terjadi lagi? Berikut penjelasan dari Lembaga Tsunami and Disaster Mitigation Research Center (TDMRC) Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
***
Pada 2 Maret 2016 pukul 19:49 WIB, telah terjadi gempa bumi di pesisi barat Sumatra yang menurut USGS berkuatan 7,8 Mw dengan episenter gempa pada koordinat 4.908° LS dan 94.275° BT dengan kedalaman 24 km. Berikut ini penjelasan tentang Tatanan Tektonik Sumatra dan penyebab gempa bumi tersebut.
Tatanan Tektonik Sumatra
Secara tatanan tektonik, pulau Sumatra masuk dalam kategori tatanan tektonik yang unik. Di bagian selatan pulau Sumatra terdapat zona pertemuan lempeng secara subduksi dimana lempeng Indo-Australia menyusup masuk ke bawah lempeng Eurasia. Zona subduksi ini telah menjadikan pulau Sumatra kaya akan gempa di batas antar lempeng dan gunung api yang terbentuk sepanjang pulau sumatra (busur magmatik). Tidak berhenti sampai disitu, keunikan tektonik lain pulau sumatra adalah tunjaman lempeng Indo-Australia yang ternyata tidaklah tegak lurus terhadap garis penunjaman. Tunjamannya miring (obligue) sehingga di tengah-tengah sumatra terbentuk patahan Sumatra dari teluk Semangko sampai ke Aceh. Di patahan sumatra ini juga sering sekali terjadi gempa bumi.
Selain memiliki keunikan di dataran pulau Sumatra, ternyata di bagian lempeng Indo-Australia yang berada di sisi selatan pulau Sumatra juga unik. Kawasan lempeng Indo-Australia seharusnya merupakan kawasan yang bebas dari gempa bumi (aseismic zone), tapi pada tanggal 11 April 2012, kawasan yang dianggap aman dari gempa, ternyata bisa menimbulkan gempa. Gempa 11 April 2012 telah membuka mata dunia tentang kawasan yang awalnya diduga tanpa ada aktifitas patahan atau sesar ternyata ada patahan yang menjadi sumber gempa bumi.
Penyebab Gempa Mentawai
Berdasarkan hasil plot episenter yang dikeluarkan oleh USGS, gempa Mentawai tersebut terjadi di lempeng Indo-Australia itu sendiri dengan mekanisme sumber berupa sesar geser.
Penyebab gempa tersebut akan patahan/sesar geser yang berada di lempeng Indo-Australia yang dinamakan IFZ (Investigator Fracture Zone). Mekanisme gempa ini sama persis dengan gempa Aceh 11 April 2012. Apabila melihat mekanisme sumbernya yang berupa sesar geser maka gempa tersebut walaupun dangkal tidak akan menimbulkan tsunami. Hal ini dikarenakan tidak ada pergerakan lempeng (slip) yang vertikal yang akan menganggung volume air laut. Sesar geser pergerakannya dalam arah horizontal dan pergerakan arah horizontal tidak akan menggangu volume air.
Berdasarkan momen tensor yang dikeluarkan oleh USGS berdasarkan gambar di bawah dan berdasarkan arah rekahan IFZ yang utara-selatan maka dapat disimpulkan bawah sumber gempa Mentawai pada tanggal 2 Maret 2016 berupa sesar geser kiri dengan arah jurus 184o N dan bidang kemiringan 90o atau menegak.
Rekomendasi kepada Masyarakat Luas
Sekalipun informasi seperti disajikan di atas tidak memperlihatkan adanya tsunami, namun masyarakat yang menghadapi situasi serupa ini di masa yang akan datang diharapkan tetap siaga dan mengikuti arahan resmi dari otoritas penanggulangan setempat. Diharapkan juga, setiap orang tidak menyebarkan informasi yang bersifat spekulatif yang kesahihannya tidak dapat dipertanggungjawabkan, yang justru malah menimbulkan kepanikan yang tidak perlu. Kepada otoritas penanggulangan bencana diharapkan mendirikan pusat informasi yang aktif dapat dihubungi setiap saat dan dapat menjadi rujukan bagi masyarakat saat-saat darurat seperti yang terjadi pada tanggal 2 Maret 2016 tersebut.
Contact person untuk informasi lebih lanjut terkait ini ada pada :
Ibnu Rusydy, M.Sc () 08126943427 (SMS/WA)
Peneliti TDMRC dan Dosen Teknik Geologi Unsyiah
Comments
comments
Leave a comment